”Selamat datang di kota kecil kami, Kota Tidore yang memiliki sejarah panjang tentang kekayaan rempah-rempahnya sehingga menjadi pesona bagi beberapa bangsa yang pernah datang, Sebagaimana telah dikisahkan bahwa kurang lebih 500 tahun lalu, Tidore pernah menjadi bagian dari emporium Maluku Kie Raha yang terkenal sebagai salah satu pusat kawasan rempah dunia saat itu. Ia menjadi salah satu titik temu dan perkenalan Nusantara dengan dunia luar bermula,” ucap Ali.
Ali mengatakan, kepentingan utama Tidore adalah untuk menegaskan kembali narasi sejarah Maluku Kie Raha sebagai salah satu pusat kawasan rempah dunia di masa lalu beserta seluruh tinggalan sejarah budayanya.
“Hingga saat ini perlu mendapat perhatian serius dalam rangka upaya pemajuan kebudayaan daerah dan terutama untuk mendukung penegasan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia,” tuturnya.
“Terima kasih kami ucapkan atas kunjungan Muhibah Jalur Rempah ini, semoga kunjungan ini menjadi secercah harapan bagi kami untuk sebuah ilmu pengetahuan yang nantinya akan dijabarkan oleh Kemendikbud Ristek Republik Indonesia sebagai acuan dalam pelajaran sejarah di bangku-bangku sekolah, dan Pemerintah Daerah tentunya akan memberikan dukungan sepenuhnya untuk bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek RI dalam rangka menyukseskan Program Muhibah Budaya Jalur Rempah ini,” jelas Ali.
Sementara Komandan Lantamal 14 Sorong Laksamana Pertama Imam Musani dalam sambutannya mengatakan, pelayaran Muhibah Jalur Rempah sebagai sebuah perjalanan budaya yang mengajak generasi muda Indonesia yang terpilih sebagai laskar rempah untuk merekonstruksi dan mengontekstualisai sejarah dan perkembangan rempah di wilayah Nusantara dengan KRI Dewaruci.
Tinggalkan Balasan