Ia memaparkan, jika para alumni dan lulusan perguruan tinggi tidak mampu mengikuti perubahan ini, tentunya akan termarginal dalam kehidupan dan lingkungan perubahan. Pada posisi ini, setidaknya dibutuhkan kearifan mencerna dan menelaah serta memfilter informasi secara benar.
“Tugas kita sebagai insan merdeka adalah belajar, belajar, belajar lalu memahami. Sejak awal Islam hadir dimuka bumi, tentu diawali makna dan frasa belajar dalam Surah Iqra, yang menjadi langkah awal kita sebagai umat manusia ditugaskan dan ditasbihkan sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk pembelajar, agar menjadi insan kamil. Karena seorang pembelajar adalah seorang perubah baik diri maupun lingkungannya sehingga memungkinkan dia untuk bergerak maju dan berkreasi,” tuturnya.
Berdasarkan data UT dalam angka yang dirilis 22 Mei 2022 kemarin, jumlah mahasiswa UT sebanyak 346.584, dan sudah masuk dalam The Top Ten Mega University of the World dan salah satu anggota sekaligus pendiri “The Global Mega-University Network (GMUNET).
“Artinya bahwa UT hari ini merupakan jaringan universitas terbuka seluruh dunia dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar lebih dari 100.000 orang. Kita berharap dan meyakini bahwa lulusan UT ini dapat menghasilkan lulusan yang agile learner (pembelajar yang lincah) yang dapat
melewati jebakan dan tantangan perubahan,” ucapnya.
Menurut Jusuf, tantangan kita adalah bagaimana lebih berdaya saing, kreatif, inovatif dan
berkarakter Indonesia. Menyangkut dengan daya saing, Indonesia menduduki posisi ke-87 dari
132 negara pada Global Innovation Index atau Indeks Inovasi Global 2021.
“Peringkat ini mengalami penurunan dua tingkat dari tahun sebelumnya. Dari level pendapatan, Indonesia masuk dalam kelompok upper middle
income, yang berada pada posisi ke-27. Peringkat ini jauh di bawah China, Bulgaria, dan Malaysia yang masing-masing menduduki posisi pertama hingga ketiga. Sementara, bila dikelompokkan berdasarkan kawasan, Indonesia menempati posisi ke-14 di wilayah Asia Tenggara, Asia Timur dan Oceania. Malaysia dan Singapura berada dalam posisi yang lebih baik. Dengan gambaran di atas, kita melihat bahwa daya saing, terutama kreativitas dan inovasi kita masih rendah,” terangnya.
Menarik membaca tulisan Profesor Arif Satria, terkait dengan Excellent Inovation (2021)10. Menurut Satria, inovasi yang hebat dapat menjadi lompatan menjadi bangsa besar.
Ada 5 hal bagaimana excellent innovation (inovasi yang hebat) dapat kita wujudkan sebagai sebuah bangsa besar.
Pertama, inovasi yang hebat berasal dari kekuatan mindset. Jika itu mampu mengubah mindset kita dengan optimis belajar lebih giat maka kita bisa bangsa yang cerdas. Karena optimisme adalah lompatan inovasi yang membuat kita yakin bahwa kemampuan hebat.
Kedua, inovasi yang hebat dilakukan oleh pembelajar yang tangguh. Cirinya adalah selalu ingin tahu, kemauan tinggi, berprinsip belajar sepanjang hayat, kerja keras, dan konsisten mengembangkan diri untuk perubahan.
Tinggalkan Balasan