Barang-barang yang dijual di Pasar Cita pun beragam. Mulai dari pakaian, hasil kebun, hingga tabako dan minuman keras jenis captikus.

Eks lokasi Pasar Cita. (Tandaseru/Irjan Rahaguna)

“Mulai dari lemon sangkar, buah kedondong, salak, tebu, pisang, batata, bete. Pokoknya yang namanya tanaman bulanan masyarakat itu lengkap di situ. Sampai captikus juga mereka jual di situ,” bebernya.

Saat itu, berjualan captikus belum dilarang aparat. Perdagangan captikus masih berlandaskan aturan adat.

“Yang so mabuk tidak bikin kacau, aman terkendali. Karena punya kesadaran dan tradisi masih terjaga,” terang Sidik.

Dagangan lain yang paling diingat Sidik adalah rokok jenis tabako dan gau gulung.

“Mereka datang dengan gerobak lalu jualan di sepanjang jalan Daruba. Dan tabako itu nikmat sekali pada zaman orang tua dulu-dulu,” akunya.

Pedagang yang berjualan di situ berasal dari Desa Sangowo, Sambiki, Daeo dan Sabatai.

“Mereka datang pakai gerobak sapi. Berangkat subuh, terkadang sore baru sampai ke Daruba,” kenangnya.

Sedangkan pedagang dari pulau diantaranya Pulau Kolorai, Posi-Posi Rao, dan Leo-Leo.