“Jadi harus habis habisan menyiapkan STQ, sementara kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan ketertinggalan mengemuka. Walau ekonomi tumbuh, faktanya daya beli melemah, sektor ekonomi informal masih ngos-ngosan, pariwisata terpuruk, pertanian dan perikanan makin tertekan, harga-harga barang terus naik. Lalu Pemprov memutar jarum jam yang salah dari tujuan yang keliru sangat terlihat dari semrawutnya merumuskan RKPD 2021, dan ini berulang-ulang sejak tahun 2017, saat saya sebagai evakuator Bappenas sudah sering direkomendasikan tapi tak ada perubahan yang berarti,” terang Mukhtar.
Belum selesai melihat kesemrawutan perencanaan tersebut, sambungnya, tiba-tiba muncul lagi utang yang mau diajukan Pemprov.
“Apa ini bukan jebakan dari rentenir yang bermain di balik skenario Pemprov yang hanya menghabiskan anggaran tapi tak punya tujuan jelas?” ucapnya.
“Siapa di balik skenario utang yang hanya menjadi beban rakyat, siapa di balik usulan utang dari ketidakjelasan skenario pemulihan? Apakah Gubernur yang tidak paham ataukah ada pemain lain yang memanfaatkan ketidakpahaman Gubernur untuk mencari pundi-pundi di tengah kebencanaan ekonomi dan sosial,” tandas Mukhtar.
Tinggalkan Balasan