Tandaseru — Duta Kreator Pecinta Alam (Dekapala) Indonesia sukses menggelar Ekspedisi Talaga Rano di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Ekspedisi yang berlangsung pada 12-14 Desember 2020 itu dirangkaikan dengan penanaman bibit pohon di sepanjang jalur pendakian.

Talaga Rano merupakan danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik ribuan tahun lalu. Danau ini dikelilingi tebing, pepohonan, dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut.

Dilansir dari penelitian Adzkia Noerma Arifa dan I Gusti Bagus Eddy Sucipta berjudul Magmatic Affinities and Evolution of Mount Telaga Rano, Mount Sahu and Mount Onu, North Maluku: Analyses of Phenocrysts Chemical Composition yang diterbitkan Journal of Physics pada 2015, sebagai salah satu kompleks vulkanik di Busur Halmahera, kawasan Talaga Rano terdiri atas gugusan Gunung Telaga Rano (±887 mdpl), Gunung Sahu (±1.226 mdpl), Gunung Onu (±1.038 mdpl), Gunung Popolodio (±808 mdpl), Gunung Alon (±533 mdpl), dan Gunung Sailulu (±383 mdpl).

Ekspedisi Talaga Rano oleh Dekapala Indonesia diwarnai penanaman pohon. (Istimewa)

Letaknya di tengah hutan Sahu membuat perjalanan menuju Talaga Rano sama sekali tak mudah. Tim Ekspedisi Talaga Rano yang terdiri atas 200 pendaki dan penikmat alam itu mendaki lewat jalur Gamsungi, Kecamatan Sahu Timur. Jalur ini boleh dibilang merupakan jalur ‘paling ramah’ menuju Talaga Rano.

Dalam ekspedisi tersebut, trekking dari permukiman warga ke Puncak Panorama membutuhkan waktu 3 jam. Namun perjalanan tak berakhir sampai di situ. Tim masih harus turun dari Puncak Panorama ke Talaga Rano, yang juga butuh waktu 3 jam.

“Perjalanan turun ke Talaga Rano jalannya licin dan kemiringannya cukup tajam. Namun pemandangan di Talaga Rano amat sepadan dengan tantangan selama perjalanan,” ungkap Thamrin Ali Ibrahim, Ketua Umum Dekapala Indonesia.

Talaga Rano bisa pula dinikmati mereka yang hobi hunting fotografi. (Istimewa)

Ekspedisi Telaga Rano sendiri merupakan upaya menumbuhkembangkan semangat dan gelora cinta alam, Gerakan Cinta DAS serta destinasi wisata alam di Provinsi Maluku Utara. Tak hanya menyambangi Talaga Rano, ekspedisi yang diikuti 32 tim dari berbagai latar belakang ini juga diisi dengan sejumlah kegiatan.

Ekspedisi bertajuk Kolaborasi Cinta Alam itu menjelajahi eksotisme pesona Talaga Rano dan melihat secara dekat ekosistem dan fenomena alam di puncak Talaga Rano yang dikenal khalayak memiliki fenomena tersendiri hingga diabadikan dalam bait syair lagu Sio Talaga Rano.

“Karena beratnya medan, peserta dalam ekspedisi ini juga melewati tahapan seleksi yang sangat ketat oleh manajemen pelaksana,” aku Thamrin.

Medan yang berat terbayar dengan eksotisme Talaga Rano. (Istimewa)

Agenda selama Ekspedisi Talaga Rano diantaranya penanaman pohon, Diskusi Alam Raya, lomba kompetisi fotografi, inisiasi pembentukan Jaringan Pecinta Alam (JAPELA) Indonesia, eksplorasi ekosistem dan pesona Talaga Rano, Deklarasi Gerakan Cinta DAS Maluku Utara (episode 1), pengukuhan Badan Pengurus KPA Sasadu Jailolo, silaturahmi daerah pecinta alam Maluku Utara, serta riset Talaga Rano. Berkat kerja kompak Ketua Panitia Fadila Assagaf dan rekan-rekannya, ekspedisi ini berjalan mulus dan memuaskan.

Thamrin bilang, Talaga Rano adalah satu dari destinasi alam yang layak dikunjungi dan wajib diperhatikan oleh Pemerintah Maluku Utara dan Halmahera Barat. Pasalnya, kawasan Talaga Rano memiliki keunggulan vegetasi hutan yang terbaik dan terdapat berbagai burung endemik seperti nuri, burung gatala kepala putih dan burung bidadari yang sesekali menampakkan pesonanya di belantara hutan Talaga Rano.

Selain keindahan hutan yang masih alami, di tengah Talaga Rano terdapat beberapa pulau-pulau kecil. Warga setempat percaya pulau-pulau itu bisa bergeser saat angin bertiup. Sedangkan salah satu tebing masih mengeluarkan asap sulfur.

“Talaga Rano juga memiliki luapan air panas yang keluar dari bibir telaga bagaikan letusan gunung merapi yang pada saat malam hari mengeluarkan api pada titik lubang seperti magma. Hutan Talaga Rano juga memiliki dua sungai aktif yang airnya sangat jernih dan dapat digunakan sebagai tempat mandi dan air minum para pendaki,” tutur Thamrin.

Ekspedisi Talaga Rano oleh Dekapala Indonesia diwarnai penanaman pohon. (Istimewa)

Selain Ekspedisi Talaga Rano, pada 2021 nanti Dekapala Indonesia sebagai wahana para pegiat pecinta alam dan pecinta destinasi alam terbuka akan kembali melaksanakan Ekspedisi Pesona Malut. Ada 10 agenda besar yang tersebar di 8 kabupaten dan 2 kota di Maluku Utara.

“Ekspedisi ini akan dihadiri Fiersa Besari dan Putri Pariwisata serta Putri Lingkungan yang akan dihelat mulai pada bulan Maret-Juli 2021,” tandasnya.